rss
twitter
    Find out what I'm doing, Follow Me :)

AHLAN WA SAHLAN....

MARI KITA SALING BERBAGI ..
----------------------------------------------------------------

Cari Duit Lewat Sini >>

Protected by Tutorial Blogspot

Translate

makalah ideologi pendidikan


MAKALAH
IDEOLOGI-IDEOLOGI PENDIDIKAN

Disusun untuk memenuhi Tugas Studi Islam IV
Dosen Pengampu : Hatib Rahmawan, S.Pd., Th.I






Disusun oleh :


Nama        : FATAH AHMADI
NIM           : 09004212
Kelas         : E




PENDIDIKAN BAHASA INGRRIS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2012
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga pada akhirnya saya dapat menyelesaikan tugas  pembuatan Makalah Studi Islam IV ini dengan baik.
Pembuatan tugas ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas Studi Islam IV yang diberikan oleh dosen Hatib Rahmawan, S.Pd., Th.I dengan judul Ideologi-Ideologi Pendidikan.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Maka dengan segala kerendahan saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan pembuatan makalah ini selanjutnya.
Semoga makalah ini bermanfaat. Amien.

Wasalamu’alaikum wr.wb.

                                                                     Yogyakarta,    Januari  2012           
                                                      Penyusun

                                                                              Fatah Ahmadi



DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB    I       PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
B.     Maksud dan Tujuan

BAB    II     PEMBAHASAN
A.    Pengertian Ideologi Pendidikan
B.     Paradigma Ideologi Pendidikan Liberal
C.     Paradigma Ideologi Pendidikan Kritis
D.    Paradigma Ideologi Pendidikan Islami


BAB   III     PENUTUP
A.    Kesimpulan

        DAFTAR  PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Pendidikan memiliki peranan penting dalam pengembangan kemampuan seseorang. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk mendapatkan pengetahuan yang nantinya menjadi bekal dalam kehidupan masyarakat.
Isu tentang pendidikan menarik dan senantiasa actual dan pendidikan tidak pernah lekang oleh zaman, mulai dari zaman Adam, Hermes, sampai zaman kita sekarang bahkan juga pada zaman-zaman berikutnya
Pendidikan juga tidak bisa lepas dari ideologi yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Ideologi ini turut mewarnai pendidikan sehingga pendidikan yang dilakukan di tengah masyarakat memiliki karakteristik tertentu yang identik dengan ideologi tertentu pula. Setidaknya ada tiga ideologi yang berkembang dalam dunia pendidikan, yaitu konservatif, liberal, dan kapitalis.
Perbedaan dari ketiga ideologi tersebut terkait dengan bagaimana pandangan manusia terkait dengan apa yang menimpanya. Hal ini akan berdampak pada metode dan cara pembelajaran yang diberikan oleh pendidikan dengan ideologi tertentu.

Kapitalisme global berimplikasi pada pengakuan terhadap hak individu. Hal ini menimbulkan paham liberalisme yang menekankan kebebasan pada masing-masing individu dalam segala hal. Dalam menghadapi ha1 tersebut, pendidikan dituntut untuk mempersiapkan generasi-generasi yang mampu berinteraksi dengan keadaaan yang terjadi sekarang. Untuk itu kemudian ideologi pendidikan liberal muncul. Namun pendidikan liberal harus dibarengi dengan pendidikan islami. Implementasi ajaran ini dalam praktik kehidupan dan pendidikan dapat fleksibel atau luwes, selama substansinya tetap terpelihara, yaitu: menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sebagaimana hakikat ajaran Islam, sebagai agama fitrah, memang ditujukan untuk kebutuhan manusia itu sendiri.



1
B.   Maksud dan Tujuan
Adapun yang menjadi manfaat dan tujuan daripada penulisan makalah ini adalah :
  1. Untuk mengetahui apa itu ideologi pendidikan
  2. Untuk mengetahui paradigma idiologi liberal, kritis dan islami
  3. Untuk memahami kondisi idiologi pendidikan liberal, kritis dan islami saat ini
  4. Untuk mengetahui aspek-aspek ideologi pendidikan














2
BAB II


PEMBAHASAN


A.           Pengertian Ideologi Pendidikan
Menurut William O'neil, pakar pendidikan dari University of Southern California dalam ideologi Pendidikan (2001 ) bahwa pendidikan kalau boleh diibaratkan seperti seorang musafir yang sedang berada pada persimpangan jalan. Jalan mana yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan adalah pilihan. Begitu juga dengan pendidikan, memilih jalan itu merupakan hal yang amat penting dan menentukan keberhasilan.
Akan tetapi, dalam pendidikan yang menjadi persoalan adalah apakah pendidikan akan melegitimasi sistem dan struktur sosial yang ada ataukah berperan kritis dalam usaha melakukan perubahan sosial dan transformasi menuju dunia yang lebih adil. Dari adanya dua pilihan itulah, akhirnya melahirkan Ideologi pendidikan liberal dan Kritis. Kedua paradigma tersebut dijabarkan sebagai Paradigma kritis dan paradigma liberal. Namun, ditengah-tengah ideology itu muncul juga pendidikan islami sebagai penyeimbang, pengatur dan pedoman menuju pribadi yang berkarakter islami.

B.            Paradigma Ideologi Pendidikan Liberal
Berdasarkan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), liberal memiliki arti bersifat bebas; berpandangan bebas (luas dan terbuka);
Jadi berdasarkan pengertian - pengeertian diatas, Paradigma Idiologi Pendidikan Liberal dapat diartikan sebagai Model dalam Teori Ilmu Pengetahuan dalam usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat yang sesuai dengan Paham, Teori dan Tujuan yang merupakan satu program sosial politik yang bebasm berpandangan luas dan terbuka.

3
Ciri utama pendidikan yang berideologi liberal adalah selalu berusaha menyesuaikan pendidikan dengan keadaan ekonomi dan politik di luar dunia pendidikan. Hal ini terlihat pada benang merah kebijakan Mendiknas beberapa tahun terakhir. Oleh karenanya kompetensi yang harus dikuasai peserta didik merupakan upaya untuk memenuhi dan menyesuaikan tuntutan dunia kerja sebagaimana dikemukakan dalam setiap pergantian kurkulum baru kita (Mansour Fakih, 2002).
Ciri-ciri Umum Liberalisme Pendidikan  :
1.      Menganggap bahwa pengetahuan terutama berfungsi sebagai sebuah alat untuk
digunakan dalam pemecahan masalah secara praktis.
2.      Menekankan kepribadian unik dalam diri tiap individu.
3.      Menekankan pemikiran efektif (kecerdasan praktis)
4.      Memandang pendidikan sebagai perkembangan dari keefektifan personal.
5.     Memusatkan perhatian kepada tata cara pemecahan masalah secara individual maupun berkelompok.
6.     Menekankan perubahan sosial secara tak langsung, melalui perkembangan kemampuan tiap orang berprilaku praktis dan efektif.
7.      Berdasarkan kepada sebuah sistem penyelidikan eksperimental yang terbuka.
8.      Didirikan di atas tata cara pembuktian secara ilmiah rasional.
9.     Menganggap bahwa wewenang intelektual tertinggi terletak pada pengetahuan yang diperoleh dari pembuktian eksperimental.







4
Landasan Pendidikan Liberal
Berikut ini landasan pendidikan liberal, diantaranya sebagai berikut:
1.      Seluruh kegiatan belajar bersifat relatif terhadap sifat-sifat dan isi pengalaman
personal.
2.     muncul dari proses-proses perkembangan personal, dan seluruh tindakan belajar yang punya arti penting cenderung untuk bersifat subjektif.
3.     Seluruh kegiatan belajar pada puncaknya mengakar pada keterlibatan dalam pengertian inderawi yang aktif.
4.     Seluruh kegiatan belajar pada dasarnya merupakan proses pengujian gagasan-gagasan, dalam situasi-situasi pemecahan masalah secara praktis.
5.     cara terbaik untuk mempelajari sesuatu dan sebagai implikasinya, juga cara terbaik untuk hidup.
6.     Pengalaman kejiwaan yang paling dini merupakan pengalaman yang dialami oleh orang yang belajar pada waktu ia masih kanak-kanak, termasuk latihan-latihan emosional dan kognitif.
7.     tindakan belajar dikendalikan oleh konsekuensi-konsekuensi emosional dan perilaku personal.
Berkaitan dengan pendidikan, kaum liberal beranggapan bahwa persoalan pendidikan terlepas dari persoalan politik dan ekonomi masyarakat. Dan pendidikan tidak memiliki kemudian lebih diarahkan pada penyesuaian atas sistem dan struktur sosial yang berjalan. Yang lebih diperhatikan adalah bagaimana meningkatkan kualitas dari proses belajar mengajar sendiri, fasilitas dan kelas yang baru, modernisasi peralatan sekolah, penyeimbangan rasio guru-murid.
Selain itu juga berbagai investasi untuk meningkatkan rnetodologi pengajaran dan pelatihan yang lebih effisien dan partisipatif, seperti kelompok dinamik (group dynamics) 'learning by doing', 'experimental learning', ataupun bahkan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) sebagainya. usaha peningkatan tersebut terisolasi dengan svstem dan struktur ketidak adilan kelas dan gender, dominasi budaya dan represi politik yang ada dalam masyarakat.




5
Kaum Liberal sama-sama berpendirian bahwa pendidiakan adalah politik, dan “excellence" haruslah merupakan target utama pendidikan. Kaum Liberal beranggapan bahwa masalah mayarakat dan pendidikan adalah dua masalah yang berbeda. Mereka tidak melihat kaitan pendidikan dalam struktur kelas dan dominasi politik dan budaya serta diskriminasi gender dimasyarakat luas. Bahkan pendidikan bagi salah satu aliran liberal yakni `structural funrtionalisme' justu dimaksud sebagai sarana untuk menstabilkan norma dan nilai masyarakat. Pendidikan justru dimaksudkan sebagai media untuk mensosialisasikan dan mereproduksi nilai nilai tata susila keyakinan dan nilai - nilai dasar agar masyarakat luas berfungsi secara baik.
Pendekatan liberal inilah yang mendominasi segenap pemikiran tentang pendidikan rti berbagai macam pelatihan. Akar dan pendidikan ini adalah Liberalisme, yakni suatu pandangan yang menekankan pengembangan kemampuan, melindungi hak, dan kebebasan (freedoms), serta mengidentifikasi problem dan upaya perubahan sosial secara inskrimental demi menjaga stabilitas jangka panjang.
Konsep pendidikan dalam tradisi liberal berakar pada cita cita Barat tentang individualisme. Ide palitik liberalisme sejarahnya berkait erat dengan bangkitnya kelas liberalisme dalam pendidikan dapat dianalisa dengan melihat komponen komponennya.
Komponen pertama, adalah komponen pengaruh filsafat Barat tentang model manusia universal yaitu manusia yang "rational liberal". Ada beberapa asumsi yang mendukung konsep manusia "rasional liberal" seperti: pertama bahwa semua manusia memiliki potensi sama dalam intelektual, kedua baik tatanan alam maupun norma sosial dapat ditangkap oleh akal. Ketiga adalah "individualis" yakni adanya angapan bahwa manusia adalah atomistik dan atanom (Bay,1988). Menernpatkan individu socara atomistic, membawa pada keyakinan bahwa hubungan sosial sebagai kebetulan, dan masyarakat dianggap tidak stabil karena interest anggotanya yang tidak stabil.
Pengaruh liberal ini kelihatan dalam pendidikan yang mengutamakan prestasi melalui proses persaingan antar murid. Perankingan untuk menentukan murid terbaik, adalah implikasi dari paham pendidikan ini. Pengaruh pendidikan liberal juga dapat dilihat dalam berbagai training management, kewiraswastaan, dan training-training yang lain. Contoh kongkrit pendekatan liberal bisa kita lihat pada Achievement Motivation Training (AMT) McClelland. McClelland berpendapat bahwa akar masalah keterbelakangan dunia ketiga karena mereka tidak memiliki apa yang dinamakannya N Ach. Oleh karena sarat pembangunan bagi rakyat dunia ketiga adalah perlu virus "N ach" yang membuat individu agresif dan rasional

6
Komponen kedua adalah Positivisme. Positivisme sebagai suatu paradigma ihnu sosial yang dominan dewasa ini juga menjadi dasar bagi model pendidikan Liberal. Positivisme pada dasarnya adalah ilmu sosial yang dipinjam dari pandangan, metode dan teknik ilmu alarn memahami realitas. Positivisme sebagai suatu aliran filsafat berakar pada tradisi ilmu ilrnu sosial yang dikembangkan dengan mengambil cara ilmu alam menguasai benda, yakni dengan kepercayaan adanya universalisme and generalisasi, melalui metode determinasi, 'fixed law' atau kumpulan hukum teori (Schoyer, 1973). Positivisme berasumsi bahwa penjelasan tungal dianggap "appropriate" untuk semua fenomena.
Oleh karena itu riset sosial ataupun pendidikan dan pelatihan harus didekati dengan positivisme yang melibatkan unsur-unsur seperti obyektivitas, empiris, tidak memihak, detachment, rasional dan bebas nilai. Pengetahuan selalu menganut hukum ilmiah yang bersifat universal, prosedur harus dikuantifisir dan diveritikasi dengan metode "scientific". Dengan kata lain, positivism mensaratkan pemisahan fakta dan nilai dalam rangka menuju pada pemahaman obyektif atas realitas sosial.
Pendidikan dan pelatihan dalam positivistik bersifat fabrikasi dan mekanisasi untuk memproduksi keluaran pendidikan yang harus sesuai dengan `pasar kerja'. Dalam pola pemikiran positivistic Murid dididik untuk tunduk pada struktur yang ada. Dari sana, bisa kita lihat bahwa pada paradigma liberal pendidikan biasanya lebih melanggengkan system yang ada dengan melahirkan anak-anak didik yang berperan dalam mempertahankan system tersebut.
Tradisi liberal telah mendominasi konsep pendidikan hingga saat ini. Pendidikan liberal adalah menjadi bagian dari globalisasi ekonomi 'liberal' kapitalisme. Dalam kontek lokal, paradigma pendidikan liberal telah menjadi bagian dari sistim developmentalisme, dimana sistim tersebut ditegakan pada suatu asumsi bahwa akar 'underdevelopment' karena rakyat udak mampu terlibat dalam sistim kapitalisme. Pendidikan harus membantu peserta didik untuk masuk dalam sistim developmentalisme tersebut, sehingga masyarakat memiliki kemampuan dalam kompetisi di system kapitalis.





7
C.           Paradigma Ideologi Pendidikan Kritis
Suatu pendidikan dikatakan pendidikan kritis apabila pendidikan tersebut menjadi arena untuk melakukan perlawanan terhadap politik ideologi yang berkuasa. Pendidikan ini menghendaki perubahan struktur secara fundamental dalam politik ekonomi masyarakat di mana pendidikan berada.
Kemudian munculah ideology pendidikan kritis sebagai tandingan liberalisme pendidikan. Paradigma kritis memaknai pendidikan sebagai upaya refleksi kritis terhadap “the dominant ideology ” ke arah transformasi sosial. Pendidikan kritis bukan pendidikan  yang mengambil jarak dengan masyarakat (detachment), tetapi yang menyatu dengan masyarakat dan tidak netral, namun memihak rakyat tertindas (marginal).
Visinya adalah melakukan kritik terhadap sistem dominan, terutama liberalism sekarang sebagai pemihakan terhadap rakyat kecil dan yang tertindas untuk menciptakan sistem sosial baru yang lebih adil. Sebagai penentang utama liberalisme, maka pendidikan kritis berupaya “memanusiakan” kembali manusia akibat dehumanisasi sistem liberal yang tak adil (O’neill, 2002).
Pendidikan alternatif yang muncul belakangan di Indonesia pascareformasi pada hakikatnya merupakan bentuk dari konsep pendidikan kritis. Pemikiran kritis ini di Barat yang memang terang-terangan menentang kaum kapitalis-liberalis. Dalam pendidikan, pemikiran kritisisme dipopulerkan salah satunya oleh Paulo Freire (1921-1997) di Brazil yang terkenal dengan teori kesadarannya yaitu kesadaran magis, kesadaran naïf, dan kesadaran kritis.
Paulo Freire dikatakan sebagai tokoh pendidikan kritis karena pemikirannya yang menolak pendidikan sebagai media pengukuhan sistem ideologi, politik, dan ekonomi yang dominan dengan teori perlawanannya bahwa pendidikan yang ada adalah pendidikan model bank. Bagi Freire pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mampu menciptakan tatanan hidup yang baru, dinamis dan mensejahterakan.





8
Selaras dengan itu, apa yang dikatakan Erich fromm (salah satu pemikir dari mazhab Frankfurt) mengatakan bahwa pendidikan perlu sekiranya mengedapankan nilai-nilai kemanusaiaan dalam proses transformasi pendidikan (Humanism Education). Proses menjadikan manusia berfikir kritis merupakan keharusan untuk mengungkap sebuah kebenaran tentang segala sesuatu yang ada di alam kosmos ini, tak terkecuali kritis terhadap segala bentuk sistem yang menafikan hakekat Humansime yang jauh dari keberpihakan. Di Indonesia kita dapat melihat tumbuhnya beberapa model pendidikan kritis di akar rumput. Pendidikan alternatif seperti yang didirikan Bahruddin di Kalibening Salatiga dengan SLTP Qaryah Tayyibah-nya terbukti mampu menyadarkan masyarakat dan siswa bahwa mereka ternyata mampu mandiri dan akhirnya tidak minder ketika menghadapi mereka yang berasal dari sekolah formal.
Hal yang sama juga dilakukan oleh budayawan Cak Nun dengan Kiai Kanjengnya yang setiap turun ke akar rumput berupaya menggugah kesadaran masyarakat akan realitas dan problem sosial yang mereka hadapi. Cak Nun selalu membakar semangat masyarakat bahwa ketidakadilan akibat system liberal harus dilawan dan masyarakat sebenarnya mampu, hanya saja selama ini dibodohi terus.
Kita sering mengotak-atik metode pembelajaran, fasilitas pembelajaran, dan kurikulumnya, tapi tidak pernah mengkaji secara serius determinan pendidikan utama, yaitu filosofi dan ideologinya. Akhirnya yang terjadi adalah mismatch antara realitas empiris, ideologi yang diambil, kebijakan yang dirumuskan serta penerapannya. Akhirnya, kesadaran kritis kitalah yang mampu menyingkap realita yang terjadi pada proses pendidikan di negeri ini. Dimana, landasan filosofis pendidikan dan ideologi pendidikan harus di maknai lebih kontekstual dalam membangun tatanan moral masyarakat yang lebih baik. di samping, itu proses kemanusiaan dalam sistem pendidikan harus menjadi sebuah kesadaran kolektif. Sehingga hakekat pendidikan dan kemanusiaan berjalan selaras, meminjam istilah Erich Fromm “Mencintai negara tanpa mencintai kemanusiaan sama saja dengan menyembah berhala”.














9

D.           Paradigma Ideologi Pendidikan Islami
Secara terminologis, dijabarkah bahwa rabba, ‘allama, addaba dapat ditemukan kata-kata atau istilah-istilah yang pengertiannya terkait dengan pendidikan, yaitu :
Dalam bahasa Arab, kata-kata rabba,allama, dan addaba tersebut di atas mengandung pengertian sebagai berikut :
a. Kata kerja rabba yang masdarnya tarbiyahtan memiliki beberapa arti, antara lain mengasuh, mendidik dan memelihara. Di samping kata rabba ada kata-kata yang serumpun dengannya yaitu rabba yang berarti memiliki, memimpin, memperbaiki, menambah. Rabba juga berarti tumbuh atau berkembang.
b. Kata kerja ‘allama yang masdarnya ta’liman berarti mengajar yang lebih bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan, dan keterampilan.
Kata kerja addaba yang masdarnya ta’diban dapat diartikan mendidik yang secara sempit mendidik budi pekerti dan secara lebih luas meningkatkan peradaban. Muhammad Naqib Al-Attas dalam bukunya, konsep Pendidikan Islam, dengan gigih mempertahankan penggunaan istilah ta’dib untuk konsep pendidikan Islam, bukan tarbiyah, dengan alasan bahwa dalam istilah ta’dib , mencakup wawasan ilmu dan amal yang merupakan esensi pendidikan Islam.
Ketiga istilah tersebut (tarbiyah,ta’lim, dan ta’dib) merupakan satu kesatuan yang saling terkait artinya, bila pendidikan dinisbatkan kepada ta’dib ia harus melalui pengajaran (ta’lim) sehingga dengannya diperoleh ilmu. Agar ilmu dapat dipahami, dihayati, dan selanjutnya diamalkan oleh peserta didik perlu bimbingan (tarbiyah).
Istilah tarbiyah masdar dari rabba serumpun dengan akar kata rabb (Tuhan). Oleh karenanya tarbiyah yang berarti mendidik dan memelihara implisit di dalamnya istilah rabb (Tuhan) sebagai rabb al-‘alamin.





10
Berkenaan dengan masalah ini ‘Abdur-Rahman an-Nahlawi menjabarkan konsep at-tarbiyah dalam empat unsur:
  1. Memelihara pertumbuhan fitrah manusia
  2. Mengarahkan perkembangan fitrah manusia menuju kesempurnaannya.
  3. Mengembangkan potensi insani (sumber daya manusia) untuk mencapai kualitas tertentu.
  4. Melaksanakan usaha-usaha tersebut secara bertahap sesuai dengan irama perkembangan anak.
Implikasi penggunaan istilah dan konsep tarbiyah dalam pendidikan Islam ialah :
1. Pendidikan bersifat humanis-teosentris artinya berorientasi pada fitrah dan kebutuhan dasar manusia, yang diarahkan sesuai dengan sunnah (skenario) Tuhan “pencipta”.
2. Pendidikan bernilai ibadah karena tugas pendidikan merupakan bagian tugas dari kekhalifaannya, sedangkan pendidikan yang hakiki adalah Allah “Rabbul’alamin”.
3. Tanggung jawab pendidikan tidak hanya kepada sesama manusia tetapi juga kepada tuhan.
Mengingat betapa luas dan kompleksitasnya risalah Islamiyah maka sebenarnya yang dimaksud dengan pengertian pendidikan Islam ialah: “Segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya manusia yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam.”
Dalam term yang lebih luas, pengertian pendidikan agama Islam ialah “usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagaman (religiousitas) subyek didik agar lebih mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam.”








11
Tujuan pendidikan merupakan kriteria atau ukuran dalam evaluasi pendidikan. Menurut Omar Muhammad Attoumy Asy-Syaebani, tujuan pendidikan Islam memiliki 4 ciri pokok ,
 yaitu :

a.       Sifat yang bercorak agama dan akhlak.
b. Sifat kemenyeluruhannya yang mencakup segala aspek pribadi pelajar (subjekdidik), dan semua aspek perkembangan dalam masyarakat.
c.       Sifat keseimbangan, kejelasan, tidak adanya pertentangan antara unsur-unsur dan cara pelaksanaannya.
d.      Sifat realistik dan dapat dilaksanakan, penekanan pada perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku dan pada kehidupan, memperhitungkan perbedaan-perbedaan perseorangan diantara individu, masyarakat dan kebudayaan dimana-mana dan kesanggupannya untuk berubah dan berkembang bila diperlukan.

Pemikiran Ibnu Taimiyah Tentang Pendidikan Islam
Pemikiran Ibnu Taimiyah tentang pendidikan islam berkisar pada beberapa hal yaitu  falsafah pendidikan, tujuan pendidikan serta metode pengajaran.Falsafah pendidikan menurut beliau adalah ilmu yang bermanfaat merupakan asas bagi kehidupan yang cerdas dan unggul.
Sementara mempergunakan ilmu itu dapat menjamin kelestarian dan kelangsungan masyarakat, tanpa itu masyarakat akan terjerumus ke dalam kehidupan yang sesat. Jadi ilmu yang bermanfaat intinya adalah mengajak pada kehidupan yang benar yang diarahkan pada hubungan dengan Tuhan serta dihubungkan dengan kenyataan-kenyataan makhluk serta memperteguh rasa kemanusian.





12
Tujuan pendidikan Islam yang harus dicapai menurut Ibnu Taimiyah meliputi 3 hal  :
a)                  Tujuan Individual
Tujuan pendidikan harus diarahkan pada terbentuknya pribadi yang baik , yaitu seorang yang berfikir, merasa dan bekerja pada berbagai lapangan kehidupan pada setiap waktu sejala
dengan apa yang ada pada al Qur’an dan as Sunnah. Pribadi yang baik menurutnya adalah pribadi yang sempurna kepribadiannya yaitu mereka yang lurus jalan pikiran serta jiwanya, bersih keyakinannya, kuat jiwanya sertas anggup menjalankan perintah Allah SWT. 

b)                 Tujuan Sosial
bahwa pendidikan Islam harus diarahakan pada terciptanya masyarakat yang baik dan sejalan dengan ketentuan Al Qur’an dan As Sunnah dimana manusia bisa hidup bersama dengan orang lain, saling membantu, saling menasehati serta membantu mengatasi masalah orang lain dan lain sebagainya.

c)       Tujuan Dakwah Islamiyah
Tujuan pendidikan harus bisa mengarahkan Ummat agar siap dan mampu memikul tugas dakwah islamiyah ke seluruh dunia. Hal ini didasarkan bahwa Allah mengutus para Rasulnya untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan, sehingga segenap manusia mau menerima dan mengikuti ajaranNya.
Menurut Ibnu Taimiyah, metode pengajaran secara garis besar dapat dibagi menjadi 2, yaitu  Metode Ilmiyah(daya berpikir) dan Metode Iradiyah(kehendaknya dalam melakukan sesuatu).







13
BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Pada paradigma pendidikan liberal, fokus utama terletak pada bagaimana membuat anak didik memiliki kemampuan sehingga mereka bisa bersaing di tengah sistem yang berlaku pada masyarakat. Pendidikan liberal tidak melihat masalah yang berkembang daiam masyarakat karena sistem sosial masyarakat tersebut, tetapi karena ketidaksiapan manusia dalam menghadapi sistem. Sehingga ini akan mengakibatkan pembelajaran yang bersifat memberikan pengetahuan dan keterampilan yang berguna sebanyak-banyaknya kepada anak didik, pengetahuan bersifat doktriner dan menilai sesuatu hanya dengan melihat kecerdasan intelektual yang dimiliki oleh anak didik.
Pendidikan alternatif yang muncul belakangan di Indonesia pasca reformasi pada hakikatnya merupakan bentuk dari konsep pendidikan kritis. Akhirnya, kesadaran kritis kitalah yang mampu menyingkap realita yang terjadi pada proses pendidikan di negeri ini. Dimana, landasan filosofis pendidikan dan ideologi pendidikan harus di maknai lebih kontekstual dalam membangun tatanan moral masyarakat yang lebih baik. di samping, itu proses kemanusiaan dalam sistem pendidikan harus menjadi sebuah kesadaran kolektif.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ideologi pendidikan Islam merupakan salah satu kekuatan ideologi pendidikan nasional. Ideologi pendidikan islam merupakan fondasi kuat dalam membangun karakter pendidikan bangsa. Implementasi ajaran ini dalam praktik kehidupan dan pendidikan dapat fleksibel atau luwes, selama substansinya tetap terpelihara, yaitu: menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sebagaimana hakikat ajaran Islam, sebagai agama fitrah sehingga pendidikan Islam mampu menciptakan masyarakat yang baik dan sejalan dengan ketentuan al Qur’an dan as Sunnah.

NO.
Aspek
Pendidikan Liberal
Pendidikan Kritis
Pendidikan Islami
1.
Tokoh Pendidikan
McClelland
Paulo Freire
Muhammad SAW
2.
Asas
Achievement Motivation Training (AMT)
Teori kesadarannya yaitu kesadaran magis, kesadaran naïf, dan kesadaran kritis.
AL Quran dan AS Sunnah

14
DAFTAR PUSTAKA

Depdikans Indonesia, 2001, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Pusat Bahasa Pendidikan Nasional. Penerbit : Balai Pustaka; Jakarta
Pengantar Pendidikan [http:// Lena Unindrabiozal.Blogspot.com,03,2008]
O'neil William F. Ideologi-ideologi Pendidikan.Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.
Pendidikan Liberal,[http:// Aristhu. 03.files wordpress.com,10,2006]   
http://dzulkifly.student.umm.ac.id/2010/02/05/pendidikan-kritis/
resume-ii-ideologi-pendidikan-islam.html











0 comments:

Post a Comment

Share this article